Menunggu
Maaf.
Kata yang teramat sakral. Keluar dari mulut seorang anak adam dalam keadaan tertentu. Namun, kata ini juga dapat tak bermakna sama sekali. Hambar, seperti sayur tanpa garam, atau tanpa micin? Hanya juru masak dan Tuhan yang tahu.
Maaf. Mungkin sudah berbulan-bulan sobat inifoto menanti postingan baru. Namun karena kesibukan saya sebagai seorang Jurnalis yang masih belajar, jadi banyak waktu tersita untuk mengurus ini itu. Memang, ternyata mengurus Blog, tidak semudah kelihatannya.
Tapi sebenarnya, di medsos (media sosial) lain, seperti IG (Instagram) dan FB (Facebook), saya dan teman admin lainnya cukup sering memposting hasil karya kami yang memang bukan standar majalah. Maklumlah, mana ada majalah tertarik dengan hasil karya kami yang masih belajar. Sobat cari saja dengan hashtag #inifoto atau #inifotocom maka akan sobat dapati foto-foto saya dan rekan admin (tapi jujur, sepertinya baru saya yang pakai. Admin satunya masih belum pakai IG. Harap maklum. Heheee).
Oke. Lanjut saja ke pokoknya.
Sesuai dengan judul, "Menunggu". Merupakan sebuah pekerjaan yang menjemukan. Apapun itu yang kita tunggu. Mulai dari pesanan online yang belum sampai, WA dari istri, gebetan atau dari orang tua kita, email dari klien atau dari bos, bahkan menunggu ojol (ojek online) pun bisa jadi sangat menyiksa.
Banyak faktor yang membuat pekerjaan "menunggu" menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi, dengan menunggu, kita jadi tahu. Apa yang sebenarnya dipersiapkan Allah untuk kita. Menunggu selama 9 bulan, bukan sebuah perkara mudah bagi sang Ibu maupun Bapak. Sama-sama nderedegnya. Sama. Cuma, mungkin ndredegnya bagi Ibu lebih sering daripada Bapak. Ujung dari penantian itu pun bisa jadi bahagia maupun sebaliknya.
Menunggu itu, dapat diibaratkan waktu berproses. Apa saja yang kita lakukan saat menunggu bisa jadi memengaruhi hasil akhir penungguan kita. Bisa tawa bahagia, atau air mata. Dan lagi-lagi, semuanya harus dihadapi dengan yang namanya kesabaran. Mie instan yang sudah menggunakan instan pun tidak dapat langsung di makan. harus dibuka dulu bungkusnya, dibuka bumbunya, di masak. Barulah bisa dinikmati sambil menonton film atau tim favorit berlaga di tipi.
Dan tanpa sadar pun, kita saat ini sedang menunggu yang namanya ajal. Lantas, apa kita diam saja dalam menanti ajal? tidak. Allah memerintahkan kita untuk beramal baik selama ajal itu belum datang. Karena, ketika ajal menjemput, tertutuplah semua pintu amal kita selain 3 pintu. Yaitu, anak soleh/ah yang mendoakan orang tuanya, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah. (Re)
Kata yang teramat sakral. Keluar dari mulut seorang anak adam dalam keadaan tertentu. Namun, kata ini juga dapat tak bermakna sama sekali. Hambar, seperti sayur tanpa garam, atau tanpa micin? Hanya juru masak dan Tuhan yang tahu.
Maaf. Mungkin sudah berbulan-bulan sobat inifoto menanti postingan baru. Namun karena kesibukan saya sebagai seorang Jurnalis yang masih belajar, jadi banyak waktu tersita untuk mengurus ini itu. Memang, ternyata mengurus Blog, tidak semudah kelihatannya.
Tapi sebenarnya, di medsos (media sosial) lain, seperti IG (Instagram) dan FB (Facebook), saya dan teman admin lainnya cukup sering memposting hasil karya kami yang memang bukan standar majalah. Maklumlah, mana ada majalah tertarik dengan hasil karya kami yang masih belajar. Sobat cari saja dengan hashtag #inifoto atau #inifotocom maka akan sobat dapati foto-foto saya dan rekan admin (tapi jujur, sepertinya baru saya yang pakai. Admin satunya masih belum pakai IG. Harap maklum. Heheee).
Oke. Lanjut saja ke pokoknya.
Sesuai dengan judul, "Menunggu". Merupakan sebuah pekerjaan yang menjemukan. Apapun itu yang kita tunggu. Mulai dari pesanan online yang belum sampai, WA dari istri, gebetan atau dari orang tua kita, email dari klien atau dari bos, bahkan menunggu ojol (ojek online) pun bisa jadi sangat menyiksa.
Banyak faktor yang membuat pekerjaan "menunggu" menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi, dengan menunggu, kita jadi tahu. Apa yang sebenarnya dipersiapkan Allah untuk kita. Menunggu selama 9 bulan, bukan sebuah perkara mudah bagi sang Ibu maupun Bapak. Sama-sama nderedegnya. Sama. Cuma, mungkin ndredegnya bagi Ibu lebih sering daripada Bapak. Ujung dari penantian itu pun bisa jadi bahagia maupun sebaliknya.
Hujan belum berlalu, adalah aku yang menantinya berhenti. |
Menunggu itu, dapat diibaratkan waktu berproses. Apa saja yang kita lakukan saat menunggu bisa jadi memengaruhi hasil akhir penungguan kita. Bisa tawa bahagia, atau air mata. Dan lagi-lagi, semuanya harus dihadapi dengan yang namanya kesabaran. Mie instan yang sudah menggunakan instan pun tidak dapat langsung di makan. harus dibuka dulu bungkusnya, dibuka bumbunya, di masak. Barulah bisa dinikmati sambil menonton film atau tim favorit berlaga di tipi.
Dan tanpa sadar pun, kita saat ini sedang menunggu yang namanya ajal. Lantas, apa kita diam saja dalam menanti ajal? tidak. Allah memerintahkan kita untuk beramal baik selama ajal itu belum datang. Karena, ketika ajal menjemput, tertutuplah semua pintu amal kita selain 3 pintu. Yaitu, anak soleh/ah yang mendoakan orang tuanya, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah. (Re)
Comments
Post a Comment