Menemukan Cara
Menemukan
Menemukan sesuatu yang baru, membuat
seseorang kadang kala diberi gelar penemu. Seperti Einstein, yang menemukan
teori, hukum dan membuat definisi tentang relativitas dalam ilmu fisika,
kemudian menyusunnya dalam sebuah model matematika bernama rumus relativitas.
Sebelumnya, belum pernah ada yg membuat teori apalagi membuat rumus relatifitas
itu. Maka jadilah Einstein seorang penemu.
Atau juga Amerigo Vespucci yang konon merupakan
navigator dan pengembara asal Florentina kelahiran Italia, yang menemukan benua
Amerika. Sebelum pendaratannya pada 1501-1502 di paruh benua yang sekarang
dikenal sebagai Amerika Selatan, benua itu masih belum tergambar di peta dunia.
Tapi apakah Amerika belum ada? Apakah
relativitas belum ada? Keduanya sudah ada di alam semesta ini, hanya
menampakkan keberadaannya yang tadinya belum nampak, merumuskan definisinya,
menyusun konstruksi pemahaman berdasar kondisi aktual yang diamati dari
gejala-gejala dan rangkaian gejala yang saling berhubungan di alam semesta.
Lantas, adakah sesuatu penemuan yang betul-betul
baru, atau bisa dikatakan sebagai penciptaan?
Penciptaan lagu misalnya, karena seorang
komponis juga biasa disebut pencipta lagu. Ternyata nada-nada adalah ekstraksi
dan hasil sampling dari limpahan frekuensi di alam, yang sifatnya alamiah.
Hanya manusia yang menyusun nada-nada yang diinginkan dalam bingkai harmoni
pada sebuah komposisi. Menjadi indah ketika nada-nadanya dimainkan menurut
aturan yang diramu oleh komponisnya.
Penasaran lagi, telepon seluler, jaringan
data internet, benarkah merupakan ciptaan manusia? Tidak seperti rumus
relativitas atau benua Amerika, ponsel dan internet belum ada sama sekali
sebelum dibuat oleh penciptanya.
Pada hakikatnya, secara fisik ponsel,
gadget, smartphone, secanggih apapun, ditinjau secara fisik hanyalah segepok partikel,
terdiri dari berbagai unsur yang membentuk molekul. Molekul dikomposisikan
membentuk materi yang lebih kompleks, kombinasi persenyawaan dan campuran.
Berbentuk komponen-komponen elektronika. Komponen-komponen yang berbeda disusun
untuk menjalankan fungsi-fungsi kompleks sesuai dengan perintah yang
diprogramkan.
Bukankah, itu artinya penemuan atau klaim penciptaan
ponsel "hanyalah" menyusun partikel-partikel alam menjadi struktur
baru.
Lho, kan fungsi-fungsi di dalamnya adalah
sesuatu yang baru !? Ya, bisa jadi. Tapi ingat, fungsi fungsi itu dijalankan
dengan fungsi-fungsi dasar yg lebih sederhana yang bukan penemuan baru.
Frekuensi dna gelombang, kelistrikan, operasi bilangan, logika digital, dll,
semua telah ada sebelumnya.
Pun, seorang penemu sekop sekalipun,
bukanlah pencipta. Karena dia mengkombinasikan sifat alamiah kayu sebagai
handle, keras/kuat logam, dan sifat bentuk lempeng cekung yang mudaah untuk
menembus sekaligus menampung materi tanah atau pasir.
Simpulannya, adalah manusia sebenarnya tak
pernah membuat sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Dia bukan mencipta.
Namun menemukan.
Baik menemukan secara fisik, maupun
menemukan cara untuk menyusun sehingga dihasilkan susunan yang baru.
Menemukan cara. Hasil kerja otak, bersifat imajinatif
di teruskan dengan mencoba.
Kereta api, radio dan telegraf, ditemukan
berulang ulang oleh orang berbeda. Setiap kali ditemukan, ada cara lain, ada
penyempurnaan atas cara yang lama sehingga menghasilkan bentuk dan fungsi yang lebih
baik. Kemudian berkembang semakin kompleks.
So, apa sih sebenarnya yang mau kita
bicarakan? Hehehe..
Yup, menemukan cara, mari menemukan cara,
bukan barang. Karena menemukan cara dimulai nyaris tanpa modal apapun, hanya
pikiran.. Pikiran, saat menghasilkan penemuan tentang cara yang lebih baik,
atau sukur-sukur belum pernah ada sebelumnya, bisa menghasilkan susunan baru.
Dan ketika diramu, diotak-atik, dicoba,
diproduksi, hasilnya adalah sesuatu yang bisa jadi komposisi lagu yang indah
sehingga ngehits. Atau lukisan masterpiece yang mahal. uatau alat baru yang
bernilai ekonomi tinggi... atau.. atau sejuta atau lainnya
A new view, a new angle, a new tools, bahkan
a new good, a new food, bahkan a new world.
Mari, temukan cara baru. Dimulai dari cara
baru memandang sesuatu.. siap?
Mari mari..
Menemukan keindahan, dari sebuah sungai
kecil di lereng bukit. Yang nyaris kering saat kemarau. Tempat yang sederhana,
bisa diabaikan, sepi, biasa kami lewati sejak masa kecil, remaja.
Hari-hari ini, anak kami, suka membujuk
saya melewari tempat ini sepulang sekolah. Demi melihat sungai kecil yang
kebanyakan warga tak menganggapnya lebih, kecuali sebagai tempat mereka mandi
dan mencuci..
Perjalanan dari sekolah menuju rumah yang
letaknya lembah, melalui bukit kapur yang amat tidak mainstream karena
sebenarnya tak perlu melewatinya.
Selain jauh, juga sempit dan berjurang jalannya.
Bahkan ada ruas yang belum diaspal, dan cor semen di atasnya pun tak mampu
menutupi seluruh warna tanah dan tonjolan batu di punggung jalan itu.
"Bagus ya Yah.. Hutannya.. Sungainya
bagus.. Fotoin Yah.." celotehnya sambil menghujamkan tatapan harap berhias
senyuman sayang.
Mungkin, sore itu di perjalanan sepulang
sekolah, dia telah menemukan cara.. bisa jadi..
26 Agustus 2016,
(NR)